apa itu zuhud?

zuhud adalah upaya manusia untuk mengalihkan perhatiannya untuk jauh dari dunia. Orang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanyalah fokus kepada ke

 


Pengertian Zuhud

zuhud adalah upaya manusia untuk mengalihkan perhatiannya untuk jauh dari dunia. Orang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanyalah fokus kepada kepentingan akhirat ataupun surgawi. 

Jika dilihat secara kasat mata, zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di dunia. Tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia.

Bisa dikatakan bahwa pengertian zuhud adalah suatu keputusan untuk melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Melupakan angan-angan dan hanya melihat dunia dari sudut pandang “tidak membutuhkannya”. Zuhud adalah mengganggap kecil dunia.

Pengertian Zuhud Menurut Para Ahli

  • Menurut Imam Abu Sulaiman Ad-Darani ( zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan seseorang dari Allah SWT.)
  • Menurut Imam Sufyan Ats-Tsauri (Zuhud yaitu terbatasnya angan-angan.)
  • Menurut Imam Junaidi (zuhud adalah menganggap kecil dunia serta menghapus pengaruhnya di dalam hati)
  • Ibu Ajibah (Zuhud adalah terbebasnya hati dari ketergantungan selain kepada Allah SWT.)
  • Wahid bin Ward (Zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.)

Tingkatan Zuhud

Menurut Imam Ahmad, terdapat 3 tingkatan zuhud yang dapat kita pahami:
1. Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
2. Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal sekalipun melebihi kebutuhannya.
3. Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.

Menurut Abdul Mun’im Al-Hasyimi di dalam buku “Akhlak Rasul” yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, sedikitnya ada 5 faktor pemengaruh zuhud:
1. Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.
2. Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.
3. Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
4. Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali zikir, belajar, mengajar, dan pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
5. Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Dalil yang Menjelaskan Zuhud

Pengertian zuhud juga telah dijelaskan di beberapa dalil di dalam Alquran yang telah menjelaskan ketentuan-ketentutan dari zuhud sendiri, antara lain:

  • Alquran Surat Shad ayat 17

Iṣbir 'alā mā yaqụlụna ważkur 'abdanā dāwụda żal-aīd, innahū awwāb
Artinya:
“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).”

Menurut Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia

Hai Rasulullah, bersabarlah atas perkataan mereka yang tidak ingin kamu dengar dan takut akan mendatangkan azab itu. Dan ingatlah hamba dan nabi Kami, Daud, orang yang memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan Allah, dan memiliki kesabaran dan kekuatan dalam melawan musuh-musuh Allah; dia senantiasa bertaubat kepada Allah dan menuju apa yang Allah ridhai.

  • Alquran Surat Al-A’la Ayat 16

Bal tu`ṡirụnal-ḥayātad-dun-yā
Artinya:
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.”

Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:
Akan tetapi orang-orang kafir tidak mempedulikan kemenangan itu; namun lebih menginginkan kehidupan dunia. Mereka jauh sekali dari usaha untuk meraih kemenangan, dan tidak menghiraukan kehidupan akhirat yang kekal. Jika disebutkan kehidupan akhirat kepada mereka maka mereka akan berpaling darinya, sungguh mereka telah berpaling dari hal yang lebih baik dan lebih kekal.

  • Alquran Surat Al-A’la Ayat 17

Wal-ākhiratu khairuw wa abqā
Artinya:
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”

Tafsir Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah:

Bersamaan dengan itu, Allah menjelaskan yang tidaklah mereka menjadi (hamba) yang berhasil kecuali mereka jadikan (keimanannya) memberikan dampak dari kelezatan-kelezatan fana yang berlalu begitu saja dengan cepat di dunia, dibandingkan dengan akhirat yang akan datang dan abadi; Mereka menjadikan apa yang menjadikannya berhasil dengan (meninggikan) keadaan hari akhirat yang mereka tidak banyak berpikir (ragu-ragu) yaitu dengan (balasan) mendapatkan surga yang lebih utama dibandingkan dunia.

LihatTutupKomentar